Kursus Accounting for Derivatives and Other Financial Instruments

Kursus Akuntansi Derivatif dan Instrumen Keuangan Lainnya (Accounting for Derivatives and Other Financial Instruments) ini sebenarnya cukup langka di Indonesia. Soale belum ada buku text Indonesia yang khusus membahas Accounting for Derivatives. Cuma ada sub-bab tertentu aja di buku-buku Accounting. Padahal ini terkait dengan mulai berlakunya dua PSAK per 1 Januari 2009, yaitu PSAK 50 (revisi 2006) tentang Penyajian Instrumen Keuangan dan PSAK 55 (revisi 2006) tentang Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran. Selain itu, dengan adanya rencana penerapan IFRS secara penuh di Indonesia mulai tahun 2010, maka topik Accounting for Derivatives and Other Financial Instruments ini menjadi semakin penting.....
.
Siap-siap masuk kelas lagi. Hehehe
.
Inilah standar akuntansi yang paling kompleks dan kontroversial dari seluruh standar akuntansi yang pernah dikeluarkan. Standar akuntansi tersebut adalah International Accounting Standards #39 (IAS 39) dan FASB 133. Di Inggris saja diperkirakan bahwa perusahaan yang go-publik harus menghabiskan hingga £ 500 juta untuk sesuai (comply)dengan standar akuntansi yang baru tersebut. Standar akuntansi ini mulai berlaku di seluruh Eropa pada tahun 2005. Perusahaan dengan kapitalisasi pasar lebih dari £ 2 milyar akan menghabiskan setidaknya £ 1 juta masing-masing untuk memastikan treasury systems mereka memenuhi ketentuan baru pada aturan derivatif dan instrumen keuangan lainnya yang tercantum dalam IAS 39.
.
IAS 39 beserta perlakuan fair value-nya untuk hedging (lindung nilai) berarti akan banyak dijumpai hedges yang tidak memenuhi syarat akuntansi lindung nilai. Yang sebelumnya mengijinkan hedges untuk perubahan nilai wajar atau arus kas dari hedged item antara 80% hingga 125%, maka sekarang IASB membatasi akuntansi lindung nilai untuk rentang 95% hingga 105%. Perusahaan akan menghadapi tantangan untuk mencari derivatif yang tepat sesuai dengan persyaratan ini di dari segi jumlah, masa (tenure), dan suku bunga. Perubahan rentang dari 80% menjadi 125%, telah mengurangi fleksibilitas, sehingga lebih sulit bagi perusahaan untuk mengalokasikan eksternal derivatif eksternal terhadap aktiva atau kewajiban untuk tujuan lindung nilai. Sebenarnya disinilah masalahnya. Karena rentang inilah yang menentukan apakah suatu transaksi derivatif itu berupa lindung nilai atau bukan lindung nilai.
.
Meskipun banyak perusahaan dan bank tersebut mungkin sulit untuk menerapkan standar ini, hal yang tetap penting adalah bahwa praktisi derivatif menjadi sangat mahir dengan kebutuhan mereka, pelaksanaannya, dan lebih penting lagi, potensi kelemahan standar ini. :) Program ini dirancang untuk memberikan praktisi sebuah pandangan yang baik dari Dasar-dasar derivatif dan instrumen keuangan lainnya, bagaimana penilaiannya, dan lebih penting lagi, bagaimana penyajian dan pengungkapan pada laporan keuangan. Hedege Accounting (Akuntansi Lindung Nilai), termasuk strategi makro dan mikro dibahas secara rinci.
.
Sepertinya kursus ini dirancang khusus untuk menangani pertanyaan tentang FASB 133 dan IAS 39 dan melengkapi kita dengan cara praktis untuk memahami dan menganalisa berbagai transaksi. Kursus ini sebagaimana kursus-kursus yang diadakan Euromoney Trainings memang sangat interaktif dan menyediakan sebuah forum dimana para peserta dapat berbagi pengalaman mereka. Sebenarnya bagian yang ini yang aku suka. :) Pada akhir kursus kita memiliki pemahaman bersama atas beberapa instrumen keuangan yang paling populer dan bagaimana instrumen tersebut mempengaruhi strategi risiko. Wah, bisa buat bahan tesis nih...
.
Kursus ini banyak memberi contoh-contoh praktis dan studi kasus. Sepertinya untuk memastikan bahwa pada akhir kursus, kita sepenuhnya memahami dan kompeten untuk melaksanakan strategi lindung nilai. Kayaknya makin pusing tuh. :-)
.
Program ini termasuk praktek dan contoh studi kasus dari Parmalat, Freddie Mac dan Enron. Tapi dari sudut pandang derivatif lho.
.
Sebagian besar dari studi kasus ini menggunakan simulasi komputer. Para peserta menggunakan Excel spreadsheet untuk melakukan penilaian atas berbagai produk derivatif sambil mempersiapkan perhitungan untuk journal entry dan sistem akuntansi.
.
Kayaknya selain akuntan, yang perlu ikut kursus ini adalah para Derivative Sales Executive (ya iyalah), para Risk Manager, para Auditor, para Senior Operations Manager, dan Strategists and Financial Planners.
.
Kursus ini diselenggarakan selama tiga hari, yaitu tanggal 6 s.d. 8 Oktober 2008, jam 09.00 s.d. jam 17.00 waktu setempat, di Amsterdam. Tepatnya di Victoria Hotel Amsterdam, yaitu di Hyde Park 1. Aku juga menginap di hotel yang sama. Sedangkan sebagian peserta yang lain ada yang menginap di hotel lain.
.
Selama tiga hari tersebut, secara garis besar, ada enam materi pokok yang dibahas. Materi-materi tersebut adalah Dampak Praktis IAS 39 dan FASB 133 pada Transaksi Derivatif, Permasalahan Khas Lindung Nilai: apa saja yang gak berlaku lagi?, Penyesuaian Transisi: kapan seharusnya dilakukan?, Beberapa Solusi Sederhana yang Memungkinkan Beberapa Perubahan Laporan Laba (Rugi), Teknik-teknik Manajemen Risiko Kredit dan Pasar (Market and credit risk management techniques), dan Contoh praktis dari Parmalat, Freddie Mac dan Enron.
.
Hari pertama kursus ini, setelah pembukaan, ada empat sesi sampai jam 5 sore. Hari itu kami mempelajari dan membahas Background and Structure of Company Accounts, Overview of Financial Instrument Accounting Standards, Why Financial Instruments are Necessary, dan Accounting for Future and Forward Contracts.
.
Dalam materi awal hari pertama tersebut yaitu tentang Background and Structure of Company Accounts tersebut kita melakukan refreshing tentang Overview of profit and loss account, Overview of balance sheet, Cash flow statement, Disclosures, dan Notes to the accounts. Selanjutnya kita juga melakukan Overview of Financial Instrument Accounting Standards. Dalam overview ini kita membahas beberapa topik dan pertanyaan mendasar, yaitu why were the standards devised, off balance sheet abuse and their consequences, how FASB and IAS intend to cope with these abuses, how do accounting standards contribute to hedging, dan market and treasury vs accounting risk. Dalam menjawab pertanyaan: "Why Financial Instruments are Necessary?", kita mempelajari cross currency swaps, interest rate swaps, swaptions, options, bond futures, dan index swaps. Setelah itu, di akhir hari pertama itu, kita mulai masuk tahap akuntansi, yaitu Accounting for Future and Forward Contracts. Dalam sesi ini, kami mempelajari initial and variation margin, differentiate and understand the distinction between futures and forwards contracts, Identify problems affiliated with using futures for hedging, tick points, dan basis risk.
.
Sedangkan pada hari kedua, ada lima sesi, kami mempelajari dan membahas Development of Accounting Standards, Fair Value & Cash Flow Hedge Accounting, Embedded Derivatives and Structured Products, How Traders Price Derivatives, dan Dealing with Structured Products, Exotic and Credit Derivatives.
.
Jam 9 pagi hari kedua dimulai dengan Development of Accounting Standards yang isinya tentang perbandingan FASB vs. International Accounting Standards, Understanding the distinction between hedge and trade accounting, Learning how to apply marking to market principles, dan Analysing the role of the Statement of Total Gains and Realised Losses. Diteruskan materi berjudul Fair Value & Cash Flow Hedge Accounting. Isinya tentang Identifying ineffectiveness, Splitting a hedge between effectiveness and ineffectiveness, Excluding spot forward differential, dan addressing documentation issues. Menurutku, inilah materi inti kursus ini. Efektif atau tidak. Pantas saja ditaruh di tengah dan di hari kedua. Selanjutnya kita mendalami Embedded Derivatives and Structured Products yang berisikan materi Breaking down contracts between vanilla bonds and derivatives, Interest rate exposure, Perbandingan Regular ways vs derivative transactions, Guidance on when to break down structured instruments. Selanjutnya saya juga belajar tentang How Traders Price Derivatives, yaitu dengan cara Using market data to price derivatives, dan mempelajari (Learning) the basics about spot and forward rates of interest, Present value and future value, dan Pricing derivatives on the basis of hedge costs. Akhir hari kedua ini kami mulai belajar dealing, yaitu Dealing with Structured Products, Exotic and Credit Derivatives. Sesi ini berisikan topik-topik Development of market, Marking to market products, perbandingan Hedge vs trade accounting, dan Use of the OCI/STRGL accounts.
.
Akhirnya pada hari ketiga, kembali 4 sesi, kami mempelajari dan membahas Market and Credit Risk Management Techniques, Documentation Processes that Qualify for Hedge Accounting, FASB and Securitisation, dan terakhir... Dealing with Credit Risk.
.
Di hari terakhir ini kami mulai dengan sesi Market and Credit Risk Management Techniques yang berisikan topik Measuring market risk and credit risk on a portfolio basis, Volatility - as measured by Value at Risk yang juga merupakan faktor penentu dalam formula kontrak derivatif, Hedging exposures as opposed to hedging assets and liabilities, dan perbandingan Portfolio risk hedging vs. accounting risk hedging - understanding the issues. Sesi kedua yaitu Documentation Processes that Qualify for Hedge Accounting yang berisikan Effective hedging, matters to appear in documentation, Regression analysis, dan pengujian (testing for) effectiveness - 80% / 125% rule. Inilah bagian yang bikin pusing. Soale rumit dan bisa menentukan apakah suatu transaksi derivatif itu termasuk kategori hedging (lindung nilai) atau bukan lindung nilai. Padahal tergantung juga pada inputnya dan variabel apa saja yang telah ditetapkan sebelum awal kontrak derivatif ditandatangani. Belum lagi masalah dokumentasi yang sering dianggap sepele oleh banyak orang. :-( Selanjutnya sesi ketiga, FASB and Securitisation, berisikan topik Benefits of securitisation, Determining the difficulty from hedging with plain vanilla swaps, Understanding the use of tailor made amortising swaps, Constructing amortisation swaps from plain vanilla swaps, dan Present value basis point calculations. Klo menurutku sih, kayaknya plain vanilla swaps ini yang paling gampang dan gak bermasalah. Hehehe. Akhirnya, sesi terakhir di hari terakhir, Dealing with Credit Risk, yang berisikan materi Measuring credit risk, Basel committee on methods to measure credit risk, Credit derivatives, Total return swaps and credit default swaps, dan How the accounting standards deal with credit derivatives.
.
Kursus ini diselenggarakan oleh Euromoney, lengkapnya Euromoney Training EMEA. Bagi Euromoney, training Accounting for Derivatives ini berkode EOT2183. Euromoney Training EMEA adalah sebuah divisi dari Euromoney Institutional Investor Plc, sebuah perusahaan terkemuka di dunia dalam bidang penyediaan jasa informasi keuangan yang bersifat B2B (business-to-business). Tapi biasanya kita kenal dengan sebutan Euromoney aja sih. Kantornya ada di London, tepatnya di Euromoney Training EMEA, Nestor House, Playhouse Yard, London EC4V 5EX, UK.
.
Instruktur dalam kursus ini cuma satu orang, yaitu Cormac Butler. Dia orang Skotlandia, tapi kuliah di Irlandia. Cormac Butler saat ini adalah seorang trader aktif di bidang equity dan options. Dia juga seorang mantan konsultan di Lombard Risk Systems, London. Sebelum ini, dia juga bekerja pada Peat Marwick and Coopers & Lybrand. Dia memiliki pengalaman internasional sebagai konsultan pelatihan di bidang Derivative Accounting, Corporate Finance, dan Derivative Mathematics, yang bekerja pada bank-bank besar termasuk Salomon Brothers, Robert Fleming, dan Banque Paribas. Baru-baru ini, dia telah melakukan in-house training untuk Salomons, Morgan Stanley Dean Witter (London), PriceWaterhouseCoopers (Holland), Investec (South Africa), dan ABB (Switzerland).
.
Cormac lulus dari University of Limerick, Irlandia dengan gelar sarjana di bidang Keuangan. Baru-baru ini dia menerbitkan buku berjudul Mastering Value at Risk (Penerbit: Financial Times Pitman). Saat ini buku tersebut telah menjadi best sellers untuk buku-buku di bidang Risk Management di situs Amazon.com, situs Gloriamundi.org, dan Financial World Bookshop (London).
.
Sedangkan pesertanya waktu itu ada tujuh orang. Selain aku, maka yang enam orang lagi yaitu Aleko Polo dari Tirana Bank (Albania), Roman Hell dari Ceska Sporiteina a.s. (Czech Republic), Luciana Barbosa dan Charlotte Persson dari Deloitte (Denmark), Richard Jonkman dari FMO (Netherlands), dan Klemen Ahac dari UniCredit Banka Slovenija d.d. (Slovenia). Jadi, mayoritas dari Eropa Timur. Bahasa Inggris orang Denmark itu bagus banget.
.
Akhirnya, seperti komentar salah seorang peserta, "All sessions were equally valuable. Very well structured course." Memang demikianlah adanya.:)
.
.

by Sahat Parlindungan Simarmata - www.sahatsimarmata.com
.
Cetak halaman ini (Print this page) ....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar